Sejarah Jamu dan Perkembangannya sebagai Obat Tradisional Asli Indonesia

Jamu sebagai obat tradisional khas Indonesia masih mudah kita temui meski sekarang pengobatan semakin modern dengan banyaknya jenis obat dan herbal yang menggunakan teknologi maju. Jamu adalah ramuan yang dibuat dari satu atau beberapa bahan dari alam seperti daun, bunga, akar-akaran, kayu, buah-buahan, dan sayur untuk pengobatan secara tradisional dengan berbagai tujuan seperti mengobati, menjaga kesehatan, kecantikan, mencegah terserang penyakit, dan masih banyak lagi. Tapi tahukah Anda sejarah dari jamu? Bagaimana Indonesia bisa memiliki kekayaan budaya pengobatan ini sejak lama?

 

Sejarah Singkat Jamu

Jamu dipercaya berasal dari sekitar 1300 tahun lalu pada saat zaman kerajaan Mataram kuno. Hal ini semakin diperkuat dengan berbagai temuan dari “cobek dan ulekan” prasejarah saat itu yang ditemukan di situs arkeologi Liyangan yang berlokasi di lereng gunung Sindoro, Jawa Tengah. Hingga saat ini budaya menggunakan alat tersebut masih banyak diproduksi dan digunakan oleh masyarakat baik untuk membuat ramuan ataupun untuk keperluan rumah tangga.

Ramuan pengobatan tradisional ini sudah digunakan oleh bangsa Indonesia sejak zaman pra sejarah. Hal ini banyak didukung oleh bukti-bukti temuan dari para pakar arkeolog yang menemukan berbagai artefak dan berbagai peralatan yang terbuat dari batu untuk pembuatan aneka bahan ramuan tradisional. Banyak temuan ini ditemukan di Yogyakarta dan Surakarta seperti di candi Borobudur pada relief Karmawipangga, candi Prambanan, candi Brambang, dan beberapa lokasi lainnya. Konon pada saat itu, rahasia kesehatan dan kesaktian para pendekar dan petinggi-petinggi kerajaan berasal dari latihan, seperti bersemedi dan juga mengkonsumsi beberapa ramuan.

Jamu juga banyak digunakan oleh para putri raja sebagai rahasia kecantikan mereka, yang terkenal adalah ramuan lulur. Hal ini juga semakin diperkuat dengan gambar relief pohon Kalpataru, sebuah pohon yang merupakan symbol dari kekekalan dan abadi. Pada Candi Borobudur ditemukan juga relief gambar orang sedang “mengulek” menggunakan cobek dan ulekan, seorang yang seperti tabib sedang mengobati dan memijat pasiennya, dan para penjual minuman jamu gendong. Tradisi menjual ramuan obat tradisional gendong masih bertahan hingga saat ini meski sekarang sudah mulai jarang ditemukan terutama di kota-kota besar. Bahkan saat ini para penjual jamu gendong justru kebanyakan adalah mereka yang sudah berusia lanjut. Akankah budaya ini punah? Semoga saja tidak. Kita bisa menjaga warisan budaya ini dengan berbagai cara seperti setidaknya membeli produk-produk mereka yang otomatis akan membantu secara perekonomian mereka sehingga jamu masih merupakan salah satu mata pencaharian yang menghasilkan.

 

Perkembangan Jamu

Seiring dengan perkembangan zaman, dimana saat ini orang-orang lebih menyukai sesuatu yang praktis bahkan pada jamu sekalipun, maka para pembuat ramuan tradisional atau produsen jamu pun mencari akal bagaimana agar produk mereka bisa tetap bertahan dan dapat digunakan oleh masyarakat. Pada zaman dahulu jamu biasa menggunakan ramuan yang dihaluskan ataupun hasil rebusan dari beberapa bahan alami, tetapi sekarang juga banyak yang menggunakan alat modern untuk memproduksinya sehingga berbentuk kapsul dan pil. Sehingga jamu yang dahulu identik dengan “rasa pahit” karena harus diminum untuk mengkonsumsinya sekarang sudah bergeser menjadi cara yang lebih praktis mendekati produk obat dan herbal. Bahan-bahan yang digunakan pun masih sama, yaitu menggunakan bahan alami. Hanya saja untuk peredaran jamu “modern” saat ini lebih diperketat dengan aturan pemerintah yang mengharuskan para produsen melakukan verifikasi uji coba di BPOM. Wajar saja, hal ini demi keamanan akan bahan-bahan yang digunakan karena tidak bisa dipungkiri ada beberapa produsen nakal yang menggunakan zat kimia terlarang dalam prosesnya, hal ini pun berlaku untuk produk-produk herbal. Jadi mari kita budayakan tradisi dari obat herbal khas Indonesia ini. Ingin mengetahui lebih lanjut produk-produk jamu apa saja yang ada di Indonesia? Klik disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar